- Teks: Soraya Alhadi
- Foto: Yolanda
BANJARTIMES – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INTR-O bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Persiapan Banjarmasin menggelar pemutaran film dokumenter Writing with Fire di ruang kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat (FISIP ULM), Sabtu (5/7/2025). Acara ini menjadi ruang reflektif untuk membicarakan ulang makna keberpihakan dalam jurnalisme dan bagaimana membangun redaksi yang tak sekadar netral, tetapi berpihak pada kepentingan publik.
Film dokumenter asal India ini mengikuti perjalanan Khabar Lahariya, kantor berita yang dikelola jurnalis perempuan Dalit—kelompok yang secara struktural tertindas dalam sistem kasta. Di tengah keterbatasan infrastruktur, mereka tetap meliput isu-isu sensitif seperti kekerasan gender, penindasan kasta, korupsi, dan ancaman terhadap kebebasan berekspresi.
“Film ini mengajak kita menyaksikan bagaimana jurnalisme bukan sekadar menyampaikan informasi, tapi menjadi alat perjuangan. Dalam kondisi ketimpangan sosial, jurnalisme yang baik adalah jurnalisme yang berpihak,” ujar Donny Muslim, Kepala Bidang Pendidikan AJI Persiapan Banjarmasin.
Menurut Donny, keberpihakan redaksi bukan soal sentimen atau opini, melainkan sikap sadar untuk membela mereka yang tak punya suara. “Dalam sistem yang timpang, netralitas bisa berarti membiarkan ketidakadilan terus berlangsung,” tambahnya.
Pemimpin Umum LPM INTR-O, Muhammad Aldi, mengatakan bahwa pemutaran film ini memberi dorongan moral bagi pers mahasiswa untuk menumbuhkan budaya kerja redaksi yang profesional dan berorientasi pada publik.
“Kita belajar bahwa keberanian dan konsistensi dalam berpihak pada kebenaran adalah fondasi penting dalam membangun ruang redaksi yang sehat dan berguna untuk masyarakat,” ujarnya.
Diskusi seusai pemutaran menyoroti bahwa banyak media masih tunduk pada kepentingan pemilik modal atau kekuasaan. Writing with Fire menjadi pengingat bahwa redaksi bisa menjadi ruang perlawanan, bukan hanya pemberitaan.
“Pertanyaannya sekarang: bagaimana kita membangun redaksi yang tak takut berpihak? Yang menempatkan warga sebagai pusat, bukan pasar atau kekuasaan,” tutup Donny.