- Teks: Aldi Ihtihsan
- Foto: Dok Banjartimes
- BPBD Banjarmasin memperingatkan warga soal ancaman banjir rob dengan puncak pada 17–18 September 2025, diprediksi mencapai 2,8 mdpl.
- Risiko rob meningkat jika pasang tinggi bersamaan dengan hujan deras dan debit air dari hulu, terutama di kawasan rendah dan bantaran sungai.
- Pakar menyarankan strategi jangka panjang, seperti pembangunan kanal dan tanggul, perbaikan drainase, serta penataan tata ruang adaptif untuk mengurangi dampak banjir rob.
BANJARMASIN – Warga Banjarmasin diminta waspada menghadapi ancaman banjir rob yang diperkirakan mencapai puncaknya pada 17–18 September 2025. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin memperkirakan ketinggian air pasang bisa mencapai 2,8 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada periode tersebut.
Peningkatan pasang surut air laut akan berlangsung dalam tiga fase sepanjang September. Fase pertama sudah terjadi pada 3–5 September, dengan ketinggian air sekitar 2,5 mdpl.
Fase kedua yang paling kritis berlangsung 15–21 September, dengan puncak tertinggi diprediksi pada 17–18 September. Sementara fase ketiga diperkirakan terjadi pada 29–30 September, dengan ketinggian mencapai 2,5 hingga 2,6 mdpl.
BPBD Banjarmasin mengingatkan masyarakat yang tinggal di daerah rendah atau dekat bantaran sungai agar segera mengamankan barang-barang berharga, memindahkan peralatan elektronik ke tempat lebih tinggi, dan memperhatikan kondisi cuaca. Peringatan dini ini juga penting untuk mencegah korban jiwa maupun kerugian material yang lebih besar.
Selain pasang surut air laut, risiko banjir rob juga dipengaruhi oleh curah hujan dan debit air sungai yang datang dari hulu. Jika hujan deras terjadi bersamaan dengan pasang tinggi, genangan berpotensi meluas dan meninggi. BPBD menyatakan akan melakukan pemantauan intensif serta menyiapkan langkah penanganan darurat jika banjir rob lebih besar dari prediksi.
Mengapa Banjarmasin Rawan Rob?
Kota Banjarmasin terletak di tepian Sungai Barito dan Sungai Martapura, dengan sebagian besar wilayah berupa lahan rawa. Perkembangan kota yang pesat telah menyebabkan penyusutan lahan dan saluran air yang semula berfungsi sebagai tampungan alami. Ketika air sungai naik, terjadi aliran balik yang membuat permukaan air lebih tinggi dari daratan sehingga menimbulkan genangan.
Fenomena banjir rob terjadi akibat pasang surut air laut yang dipicu gravitasi bulan. Kondisi akan semakin parah bila dipengaruhi faktor eksternal seperti dorongan angin, gelombang tinggi (swell), atau badai di laut. Jika hujan turun bersamaan dengan pasang tinggi, genangan menjadi lebih luas dan dalam.
Banjarmasin memiliki sejarah banjir besar, salah satunya pada tahun 2021. Saat itu tercatat 152 titik banjir, dengan 31.357 keluarga atau 101.601 jiwa terdampak—sekitar 14 persen dari jumlah penduduk kota. Genangan terparah berada di Banjarmasin Timur, yang memiliki 107 titik banjir.
Pakar: Butuh Strategi Jangka Panjang dan Adaptasi
Ketua Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalimantan Selatan, Nanda Febryan Pratamajaya, menilai masalah banjir rob di Banjarmasin tidak bisa hanya diatasi dengan tanggap darurat. Menurutnya, perlu langkah jangka panjang dan adaptif.
Beberapa strategi yang disarankan antara lain peningkatan infrastruktur pengendali banjir, seperti pembangunan banjir kanal dan perkuatan tanggul, serta pemasangan pompa air di titik genangan.
Selanjutnya, perbaikan sistem drainase kota dengan memperbesar kapasitas aliran dan mengintegrasikan saluran alami dengan buatan.
Nanda menambahkan, revitalisasi sungai dan kanal, termasuk pengurangan sedimentasi dan pembersihan jalur sungai. Tak cuma itu, penataan tata ruang adaptif, misalnya menetapkan zona rawan rob sebagai ruang terbuka hijau dan melarang pembangunan baru di kawasan rendah.
Tak cuma itu, pemberdayaan komunitas lokal melalui kelompok peduli sungai dan pelatihan tanggap darurat menjadi penting untuk menumbuhkan resiliensi warga.
“Beragam upaya ini memang membutuhkan biaya besar, namun lebih murah dibandingkan kerugian akibat banjir yang berulang,” ujarnya.***

