Lewat Religi Expo, Komunitas Lintas Iman Banjarmasin Merayakan Keberagaman dan Meruntuhkan Prasangka

  • Teks: Riyad Dafhi R.
  • Foto: Riyad/Dok Banjartimes
  • Ketika kelompok minoritas di sejumlah daerah masih termarjinalkan, wajah berbeda justru tergambar di Banjarmasin. Melalui event religi expo bertajuk “Merak: Merawat Alam dan Keberagaman,” berbagai komunitas lintas iman diberikan ruang untuk berinteraksi dan merayakan perbedaan tanpa sekat.
  • Salah satu komunitas agama yang menjadi peserta dalam expo tersebut adalah Ahmadiyah. Keikutsertaan mereka dalam expo ini juga menjadi ruang untuk membuka diri dan berdialog.
  • Direktur LK3 Banjarmasin, Abdani Solihin mengatakan, gelaran yang rutin dilaksanakan sejak 2016 ini menjadi medium untuk bersukacita atas jalinan toleransi yang terawat di Kota Seribu Sungai selama satu dekade terakhir.

BANJARTIMES— Puluhan komunitas lintas agama, kepercayaan, dan suku berkumpul di Siring Nol Kilometer Banjarmasin pada Jumat (14/11). Melalui event religi expo bertajuk “Merak: Merawat Alam dan Keberagaman,” mereka diberikan ruang untuk berinteraksi dan merayakan perbedaan tanpa sekat.

Salah satu komunitas agama yang menjadi peserta dalam expo tersebut adalah Ahmadiyah. Di stan mereka, puluhan mushaf Al-Qur’an dalam 30 bahasa dunia tersusun rapi.

“Al-Qur’an ini telah diterjemahkan oleh komunitas Ahmadiyah di berbagai negara ke dalam bahasa masing-masing,” ujar salah satu mubalig Ahmadiyah Iman Ahmad sembari menujukkan deretan mushaf yang berjejer rapi di sana.

Iman menuturkan, Ahmadiyah punya misi untuk mengartikan Al-Quran ke dalam 100 bahasa berbeda. “Saat ini, yang selesai baru 74 bahasa. Masih ada 26 bahasa lagi yang sedang berproses,” katanya.

Iktiar ini, katanya, merupakan bentuk kontribusi Ahmadiyah dalam syiar ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.

“Dengan terjemahan Al-Qur’an dalam 100 bahasa ini, kami ingin menyebarluaskan pesan itu kepada umat manusia di seluruh dunia,” tuturnya.

Mubalig Ahmadiyah lainnya, Amin menambahkan bahwa keikutsertaan mereka dalam expo ini juga menjadi ruang untuk membuka diri dan berdialog.

Ia berharap masyarakat tidak lagi salah paham terhadap keberadaan Ahmadiyah yang selama ini kerap dicap menyimpang.

“Sesungguhnya tidak ada yang berbeda. Kami juga islam. Tuhan sama, kitab sucinya sama, nabinya sama. Salat dan syahadatnya juga sama. Rukun Islam dan Rukun Iman kami pun sama,” jelasnya.

Amin berharap ruang-ruang perjumpaan seperti ini bisa terus dihadirkan agar suasana saling memahami di Banjarmasin semakin kuat dan inklusif.

“Suasana seperti ini kami harap bisa selalu dijaga di Banjarmasin. Kami ingin lebih diterima dan diberikan ruang seluas-luasnya,” harapnya.

Selain Ahmadiyah, pada expo kali ini, sebanyak 30 lembaga turut meramaikan, mulai dari komunitas keagamaan, organisasi sosial, hingga komunitas independen lainnya. Gelaran tersebut juga dimeriahkan oleh panggung budaya, berbagai lomba, fashion show, serta eksibisi permainan tradisional.

Kota Banjarmasin Semakin Toleran

Direktur LK3 Banjarmasin, Abdani Solihin mengatakan, kegiatan yang rutin dilaksanakan sejak 2016 ini menjadi medium untuk bersukacita atas jalinan toleransi yang terawat di Kota Seribu Sungai selama satu dekade terakhir.

“Kita patut bersyukur karena indeks toleransi di Banjarmasin terus mengalami tren positif. Dari yang semula berada di peringkat 30, kini merangkak naik ke posisi 17. Artinya kita punya modal sosial yang sangat baik. Ini perlu terus dipelihara agar kedamaian dapat selalu terwujud,” ujarnya.

Menurut Abdani, kabar baik ini juga penting untuk terus diwartakan agar virus baik ini tertular ke masyarakat luas, sehingga mereka semakin terbiasa hidup dalam keberagaman.

Sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, acara kali ini ini, LK3 juga menambahkan pesan baru yakni merawat lingkungan.

Sebab, kata Dani, berbicara soal agama tidak melulu soal relasi manusia dengan manusia, tetapi juga relasi manusia dengan alam.

Melihat krisis iklim dan pemanasan global yang semakin terasa, LK3 ingin mengajak para penganut agama dan kepercayaan untuk turut mengabarkan semangat menjaga lingkungan.

“Harapannya, muncul kepedulian yang lebih luas, supaya kita bisa berbicara dalam konteks yang juga mencakup kelestarian alam,” pesannya.***