Lewat Pameran ‘Imposter’, Dua Seniman Digital Soroti Maraknya Iklan Judi-Pinjol di Internet

  • Teks: Donny Muslim
  • Foto: Dhuha Ramadhani

BANJARTIMES— Fenomena iklan digital manipulatif di internet Indonesia menjadi perhatian dua seniman digital asal tanah Banjar, yakni Theo Nugraha (Kaltim) dan Aldo Nugraha alias aldooink (Kalsel). Lewat pameran bertajuk “Imposter”, keduanya menampilkan hasil riset mereka tentang cara kerja iklan-iklan yang sering mengecoh dan memanfaatkan kerentanan masyarakat di ruang digital.

Pameran ini dipresentasikan melalui KUNSTSURFER, sebuah platform berbasis peramban yang memungkinkan karya seni muncul di sela aktivitas pengguna internet, layaknya iklan digital. Proyek ini merupakan hasil kerja sama KUNSTSURFER dengan ARCOLABS, inisiatif kuratorial di Jakarta yang berfokus pada seni kontemporer dan media baru.

Theo dan Aldooink melakukan riset daring selama beberapa bulan. Mereka mengamati iklan-iklan perjudian online, pinjaman cepat berbunga tinggi, dan konten semi-erotis yang beredar di berbagai situs di Indonesia, baik legal maupun ilegal. Dari pengamatan itu, mereka mengumpulkan 50 contoh iklan sebagai bahan kajian.

Hasil riset menunjukkan bahwa iklan-iklan tersebut memang dirancang secara sengaja dengan tampilan visual yang mencolok, berlebihan, bahkan terkesan murahan. Taktik ini digunakan untuk menarik perhatian pengguna internet yang rentan terhadap godaan instan dan tekanan ekonomi.

Berdasarkan temuan itu, Theo dan Aldooink mengolah materi iklan menjadi karya audio-visual. Mereka membuat tiga seri karya, masing-masing bertema judi online, pinjaman online, dan konten seksual, dengan sepuluh karya berbeda di tiap seri.

Karya-karya tersebut menggabungkan efek visual khas iklan daring — seperti kedipan, kilatan, dan gerakan berputar — dengan unsur audio yang diekstraksi dari materi asli. Semua ini diolah menjadi video pendek yang muncul secara acak di browser pengguna melalui ekstensi KUNSTSURFER, menyerupai cara kerja iklan digital di internet.

Salah satu iklan digital yang tampil, hasil pembacaan dari Theo Nugraha dan aldooink. (Foto: Theo Nugraha for Banjartimes)

Bukan Pameran Konvensional

Berbeda dari pameran konvensional, “Imposter” tidak ditampilkan di ruang galeri atau situs web tertentu. Melainkan, karya-karya itu tersebar di internet dan muncul secara tidak terduga di layar pengguna, persis seperti iklan online yang menjadi objek kritik pameran ini.

Melalui “Imposter”, Theo dan Aldooink ingin mengajak masyarakat lebih peka terhadap cara-cara manipulatif yang digunakan dalam periklanan digital. Mereka menilai, di tengah tekanan ekonomi dan ketidakpastian sosial, masyarakat semakin rentan menjadi sasaran iklan-iklan yang bersifat menipu dan eksploitatif.

Pameran ini juga menjadi upaya mereka untuk mengajak publik merefleksikan ulang bagaimana ruang digital membentuk perilaku konsumsi, risiko, dan interaksi sosial di internet.

Cara Mengakses Pameran “Imposter”

  1. Pasang ekstensi KUNSTSURFER di browser Mozilla Firefox atau Chrome.
  2. Buka internet seperti biasa di laptop atau komputer.
  3. Karya “Imposter” akan muncul acak di sela-sela aktivitas browsing.

Catatan: KUNSTSURFER hanya bisa digunakan di desktop, tidak mendukung ponsel.