- Teks: Soraya Alhadi
- Foto: Soraya Alhadi
- Praktik urban farming mulai diadopsi warga Kota Banjarmasin seiring minimnya lahan pertanian pangan di kota ini. Salah satu yang mengadopsi model itu adalah Endah Sulistiorini (34).
- Ia memulai budidaya anggur dari pekarangan rumahnya di Sungai Andai, Banjarmasin Utara, saat pandemi Covid-19, sekitar 2022. Usaha ini berkembang hingga menghasilkan buah setelah delapan bulan.
- Pada 2023, pemerintah kota memfasilitasi pembentukan kelompok tani “Kampung Anggur Puma Tiga” yang kini memiliki 31 anggota dan menanam berbagai tanaman selain anggur.
- Untuk menambah pemasukan, Endah mengembangkan program edukasi anak-anak dan UMKM produk olahan seperti keripik dan jamu, sekaligus membagikan pengetahuan bertani kepada warga sekitar.
Aktivitas ini berawal dari rasa bosan ketika harus banyak berada di rumah. Bersama suaminya yang bekerja dari rumah, Endah mencoba menanam anggur meski tidak memiliki latar belakang pertanian.
“Sengaja kami coba-coba tanam anggur, karena keluarga memang suka buah ini. Tapi, harganya di pasar mahal sekali, jadi kami merasa tertantang untuk bikin sendiri,” kata Endah. Proses penanaman hingga menghasilkan buah memakan waktu delapan bulan.
Awalnya, Endah hanya menanam beberapa batang anggur di halaman belakang rumah. Ia mempelajari cara menanam melalui berbagai sumber, seperti YouTube dan Google, sambil melakukan percobaan sendiri. Beberapa kali mengalami kegagalan, ia tetap melanjutkan upayanya.
“Pernah kasih pupuk kebanyakan sampai tanamannya gosong. Pernah juga sudah rawat baik-baik tapi enggak tumbuh. Tapi, saat itu saya enggak putus harapan, cuma penasaran kok belum berhasil juga, ya?” ujarnya.
Melahirkan Kelompok Tani
Pada 2023, kebun anggur itu mulai berbuah. Informasi tentang kebun Endah kemudian sampai kepada Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina melalui laporan warga. Saat melakukan serap aspirasi di balai warga, Ibnu meninjau langsung kebun tersebut. Pemerintah kemudian memfasilitasi pembentukan kelompok tani bernama “Kampung Anggur Puma Tiga” yang kini memiliki 31 anggota.
Seiring waktu, kelompok tani ini tidak hanya menanam anggur. Berbagai jenis tanaman lain seperti kangkung, terong, cabai, dan pisang mulai dibudidayakan. Di belakang rumah Endah juga terdapat kolam ikan dan kandang ayam.
“Senang kami kalau kaya gini. Semuanya bermanfaat. Kami di sini juga semuanya organik dan ngolah sendiri,” kata Endah kepada Banjartimes.
Endah mengatakan keterlibatan warga menjadi bagian penting dari kegiatan bertaninya. Hasil kebun sering dibagikan kepada tetangga yang membutuhkan, termasuk pengetahuan tentang cara menanam.
“Mereka (tetangga) sering mampir ambil sayur, kadang tanya dulu lewat WA ada atau engga yang mereka mau. Apalagi kalau mereka tertarik juga buat nanam, saya makin senang. Artinya makin bermanfaat,” tuturnya.
Warga sekitar juga saling bertukar hasil kebun. Ada yang memberikan nasi sisa untuk pakan ayam, sementara yang lain membawa hasil panen untuk ditukar.
Upaya untuk Bertahan
Endah menyatakan, meski kegiatan ini bermanfaat bagi lingkungan, pengelolaan kebun dan ternak memerlukan biaya. Bantuan pemerintah belum mampu menutupi semua kebutuhan.
“Berharap bantuan dari pemerintah saja juga enggak mungkin. Engga bisa tercukupi semua kebutuhan kami,” katanya.
Untuk menambah pemasukan, Endah mengembangkan program edukasi bagi anak-anak TK. Anak-anak dikenai biaya Rp5.000 per kunjungan dan mendapat bibit cabai untuk dibawa pulang.
Selain itu, Endah juga mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi keripik buah nangka dan daun anggur dengan izin BPOM. Ia juga membuat jamu tradisional dari tanaman yang dibudidayakannya sendiri.
Endah mengatakan dukungan warga menjadi hal yang paling berharga dalam upaya yang dilakukannya.
“Saya senang karena apa yang kami kerjakan itu bermanfaat. Tetangga saya semuanya Alhamdulillah mendukung saya. Itu yang paling berharga buat saya,” ujarnya.***