BANJARTIMES– Nasib taman satwa yang berlokasi di Jalan Jahri Saleh, Banjarmasin jadi sorotan publik belakangan waktu terakhir.
Sejumlah pihak menilai kebun binatang mini yang dikelola Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin itu perlu pembenahan. Khususnya dari segi infrastruktur dan koleksi satwa.
Pengunjung kebun binatang Jahri Saleh, Rizky, bercerita pengalamannya mengunjungi tempat ini baru-baru tadi. Ia bilang kondisi taman satwa itu jauh berbeda dari beberapa tahun lalu.
“Lima tahun lalu, sempat lihat burung unta dan rusa. Sekarang sudah nggak kelihatan lagi. Makin kurang untuk jumlah satwanya,” ujar pemuda 26 tahun itu.
Tak cuma itu, Rizky tersebut juga menyoroti masalah kebersihan kandang di beberapa zona satwa. Mestinya, ia menilai penjaga bisa membersihkan itu secara rutin.
“Beberapa saya lihat seperti nggak terurus juga nggak ada satwanya lagi,” tuturnya.
Di taman ini, terdapat beberapa zona pembagian satwa yang ditetapkan pengelola untuk dikunjungi. Ini meliputi zona aves (burung), zona primata, zona poultry, zona buaya, hingga zona satwa air.
Dari pantauan Banjartimes, pada Kamis (1/2/2024), taman satwa ini kelewat sepi pengunjung. Dua jam nangkring di sana, hanya ada dua orang warga yang mengunjungi kawasan tersebut.
Seperti kata Rizky, sejumlah zona pun sudah tak layak lagi dikunjungi. Ambil contoh, zona reptil yang dulunya diisi oleh satwa eksotis seperti ular albino.
Saat didatangi, kondisinya sudah berantakan dan tidak ada satwanya sama sekali. Sampah berserakan di dalam ruangan koleksi.
Kondisi serupa juga terjadi di zona primata. Cuma terlihat dua ekor monyet ekor panjang dan tiga ekor owa-owa yang tengah bergelantungan. Sesekali, mereka menatap dengan nanar para pengunjung dari balik kandang.
Pemko Harusnya Lebih Peduli
Pemerhati Satwa dan Akademisi UNU Kalsel, Adenansi, menganggap pemerintah kota seakan kurang peduli terhadap salah satu wadah rekreasi dan edukasi masyarakat tersebut.
Menurut dia, kurangnya pemeliharaan kebun binatang mini ini sama saja artinya membuat satwa yang ada di sana sengsara.
“Kalau memang pemko tidak mampu merevitalisasi, hendaknya satwa yang ada dirilis ke habitatnya. Sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan berkoordinasi dengan BKSDA Kalsel,” tegasnya.
Pengelola taman satwa harus melihat tingkat ketergantungan satwa dengan manusia sebelum dilepaskan. Ini untuk memastikan nasib satwa benar-benar aman.
Dia juga mengingatkan, sepi atau ramainya pengunjung taman satwa juga mestinya tidak memengaruhi bagaimana tindakan pengelola taman satwa ini.
“Ada atau tidak ada pengunjung, satwa yang ada wajib dipelihara,” pungkasnya Adenansi.
Terganjal Masalah Anggaran
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin, Yuliansyah Effendi tidak memungkiri kondisi taman satwa yang kurang terawat dan perlu banyak pengeluaran untuk membuatnya optimal.
“Memang kita tidak bisa memungkiri. Ada istilahnya kesejahteraan hewan. Nah kalau kita mengacu pada itu, seharusnya banyak yang harus dikeluarkan,” ujar Yuliansyah.
Melihat kondisi taman satwa sekarang, pihaknya pun mengaku terbesit untuk mengusulkan revitalisasi dengan tujuan untuk perbaikan fasilitas, pelayanan satwa, dan penambahan koleksi binatang.
Namun, pada tahun ini, Pemko Banjarmasin masih terbelit utang berbagai proyek dari 17 SKPD yang totalnya mencapai Rp 300 miliar.
Utang tersebut disebabkan oleh pengeluaran dan pemasukan pemerintah kota seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) tak sebanding pada 2023 lalu.
Situasi ini membuat pemko harus melakukan refocusing anggaran di tahun 2024. Tujuan utamanya adalah membayarkan utang kepada sejumlah kontraktor atau pihak ketiga.
“Salah satunya yang terdampak dinas kami. Jadi untuk revitalisasi, karena dana terfokus pada (utang) itu, kemungkinan pada tahun ini tidak bisa dilaksanakan,” ujarnya.
Namun, Yuliansyah masih berharap revitalisasi ini bisa diusulkan di APBD Perubahan 2024 pada pertengahan tahun mendatang.
“Kalau tidak bisa, revitalisasi baru bisa dilakukan di tahun depannya lagi,” tandasnya.