Jurnalis: Soraya Alhadi
BANJARTIMES – Banjir kembali melanda sejumlah titik di pinggiran Kota Banjarmasin. Salah satunya di kawasan Jalan Beruntung Jaya, yang merupakan wilayah tergenang cukup parah. Dari pantauan Banjartimes pada Rabu (22/1) sore, air merendam rumah warga hingga fasilitas umum.
Bripka Rahmadi, Bhabinkamtibmas Pemurus Dalam, mengatakan banjir pekan ini lebih parah dibanding pekan sebelumnya. Bahkan, ia mengkonfirmasi seluas 75% wilayah di Kelurahan Pemurus Dalam sudah terendam pasangnya air.
Per hari ini saja, kenaikan air di jalan mencapai ketinggian 20 centimeter. Padahal, berdasarkan pantauan rutin yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas kenaikan air dalam dua pekan terakhir berada pada kisaran 10-13 cm. “Keadaan sungai di sini sudah dangkal ditambah cuaca yang hujan terus, makin naik airnya,” katanya.

Gusinah (65), warga Beruntung Jaya, mengaku banjir semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Menetap sejak tahun 1981 bersama suami, dulunya ia tidak pernah merasakan air masuk ke dalam rumah. “Kurang lebih 40 tahun tinggal di sini, tidak pernah banjir seperti ini. Tapi sejak tiga tahun terakhir, tiap tahun air pasti masuk,” ujarnya.
Menurutnya, penyumbatan gorong-gorong dan pembangunan perumahan yang semakin masif menjadi penyebab utama banjir. “Dulu masih banyak lahan kosong, aliran air lancar. Sekarang banyak rumah yang langsung beuruk (dibangun tanpa kolong), jadi air sulit mengalir,” jelasnya.
Ia juga mengingat banjir besar tahun 2021, yang disebutnya sebagai puncak terparah. “Waktu itu, air sampai di atas mata kaki di dalam rumah. Jalanan tergenang, sampai orang di sini pakai jukung (perahu kecil) buat ke Indomaret,” ceritanya.
Rahman (18), pegawai Indomaret di Beruntung Jaya, mengaku genangan air tidak terlalu mengganggu aktivitasnya. “Motor masih aman, tidak mogok. Paling celana yang basah setiap harinya,” katanya.
Namun, tidak demikian bagi Teguh Prayoga (20), rekan kerjanya. “Semalam habis Rp1,8 juta buat perbaiki motor yang mogok karena kemasukan air,” ungkapnya.
Kerusakan fasilitas umum juga terjadi akibat banjir yang rutin terjadi setiap tahun ini umum. Jalan umum yang terendam akhirnya menjadi rusak–berlubang. “Kami kasih tanda itu jalan yang berlubang, sudah ada beberapa korban yang jatuh,” jelas Gusniah. Perhatiannya timbul sebab warungnya berada berhadapan langsung dengan jalan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin, Husni Thamrin, mengakui bahwa wilayah Banjarmasin Selatan dan Banjarmasin Timur mengalami banjir parah akibat hujan deras yang berlangsung lama dan tingginya air pasang.
“Hari ini hujan begitu lama, ditambah air pasang tinggi, sebagian wilayah di kota ini mengalami banjir cukup parah,” ujarnya di Banjarmasin, mengutip laporan Antara.
Thamrin menjelaskan, berdasarkan pemantauan petugas di lapangan, dari lima kecamatan di Kota Banjarmasin, dua kecamatan yang terdampak paling parah adalah Banjarmasin Selatan dan Banjarmasin Timur.
Apa Penyebabnya?
Ketua Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalimantan Selatan, Nanda Febryan Pratamajaya, mencoba menyoroti permasalahan banjir yang kian mengkhawatirkan di Kota Banjarmasin.
Ia menjelaskan, posisi kota yang berada di tepian Sungai Barito dan Sungai Martapura membuat wilayah ini rawan terdampak banjir, terutama karena sebagian besar wilayahnya adalah lahan rawa. “Ketinggian muka air sungai-sungai di wilayah Kota Banjarmasin umumnya mengacu pada pasang surut air Sungai Barito dan Sungai Martapura,” katanya.
Menurut Nanda, perkembangan kota yang pesat telah mempersempit luas lahan, sungai, dan kanal yang berfungsi sebagai kawasan tampungan air. Hal ini membuat air dari sungai mengalir balik ke saluran drainase dan daerah rawa saat pasang, sehingga permukaan air lebih tinggi dari lahan rendah di kota tersebut.
“Ketika muka air sungai naik karena pasang, terjadi aliran balik ke dalam sungai, saluran drainase, dan daerah rawa, sehingga permukaan air lebih tinggi dari sebagian besar lahan,” jelasnya.
Nanda juga menjelaskan bahwa banjir rob di Banjarmasin dipengaruhi oleh pasang surut air laut akibat gravitasi bulan, ditambah faktor eksternal seperti dorongan angin dan swell. “Keberadaan sungai serta drainase sebenarnya mampu menampung sebagian luapan air laut akibat pasang. Namun, kondisi sungai yang semakin dangkal akibat sedimentasi sampah dan material dari hulu membuat air tidak tertampung di sungai dan menggenangi daratan,” ujarnya.
Ia menyarankan beberapa langkah strategis untuk mengatasi masalah ini, di antaranya membangun banjir kanal baru, memperkuat tanggul, serta membersihkan dan memperluas saluran drainase.
Selain itu, Nanda menekankan pentingnya revitalisasi sungai dan pengelolaan kawasan hulu untuk mengurangi sedimentasi. “Penataan tata ruang kota yang adaptif juga diperlukan, seperti menetapkan area rawan banjir rob sebagai zona konservasi atau ruang terbuka hijau,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan sungai dan mengurangi risiko banjir rob. “Kita perlu membentuk kelompok masyarakat peduli sungai dan mengadakan pelatihan tanggap darurat untuk meminimalkan dampak banjir,” tambahnya.
Editor: Donny Muslim